Sastra Jawa Modern Pra Kemerdekaan
Sastra
Jawa Modern Pra Kemerdekaan
Pada
buku karya J.J RAS yang berjudul Sastra jawa mutakhir menjelaskan bahwa para ahli
sosiologi mengakui mengenai sumber tingkah laku, nilai dan cita-cita yang
beciri khusus pada lapisan masyarakat. Para pengarang karya sastra banyak yang
melupakan bahwa sastra merupakan gejala
yanng berisi ganda. Kita tidak bisa untuk sepenuhnya memahami karya seorang
pengarang kcuali kita masuk dalam anggota dari sidang pembaca. Sastra jawa
ditinjau dari sudut pandang dan aspek sangat ruit dan menarik. Peristiwa yang
penting berpengaruh pada masyarakat Jawa abad ini yaitu penambahan umlah
penduduk yang sangatlah pesat,jumlah melek huruf semakin bertambah dari hari ke
hari sejak 1900an. Kedua peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan pada
masyarakat yang sangat besar. Perkembangan seperti kebangkitan nasional, dan
hilangnaya hubungan masyarakat feodal. Pengaruh barat yang mulai bermunculan
seperti sastra lisan bentuk yang sejak dahulu mudah diikuti bebas dan kalangan yang tidak terpelajar.
Hingga sekarang sastra jawa tidak untuk dibaca tetapi didengarkan. Penulisan
prosa bahasa jawa lambat laun menjadi suatu pekerjaan yang dilakukan dalam
urusan pendidikan. Sastra biasa disebut sastra klasik adiluhung yang diwariskan
dari nenek moyang atau generasi terdahulu yang berbentuk puisi,prosa.
Sesudah
kemerdekaan dengan sendirinya Bahasa
belanda menjadi bahasa Indonesia. Pada periode ini setelah tahun 1945 penulisan sastra dengan tegas didemokrasikan
dan ditulis oleh pengarang jawa nasional yang beupa prosa atau puisi. Bentuk
dari sastra lisan yaitu kisah yang diceritakan semalam suntuk atau kentrung,
macam-macam bentuk teater seperti wayang uwong, ketoprak, ludruk tetapi saat
ini hanya dapat mendapat sedikit perhatian dari mereka yang mempelajari sastra
modern. Dalam penyampaianya yang lazim dipakai biasanya dengan cara
dipertunjukan dengan sinopsisi dalam ingatan dan naskah tertulispun jarang
dijumpai, justru naskah semacam itu dijadikan sebagai syarat mtlak ilmu sastra.
Selama
bertahun-tahun hasil atau produksih naskah jawa sangatlah sedikit baanyk yang
beranggapn bahwa orang jawa tidak mempunyai sastra yang masih hidup dalam
bahasa mereka sendiri. Sastra jawa terbagi menjadi dua bgian yaitu sastra
tradisional dan sastra modern. Sastra tradisional yaitu sastra yang terikat
oleh patokan yang diataati turun temurun dari generasi ke generasi. Sastra
tertulis tradisional sebagian besar melipusi tembang macapat. Sastra modern
yaitu merupakan hasil dari rangsangan keatif masyarakat modern.
Biasanya
naskah yang digemari dalam waktu dan tempat tertentu untu melakukan malam
macapat biasanya karya-karya tersebut antara lain babad dipanegara, atau karya
yang bersifat mendidik seperti Serat Wedhatama. Jenis sastra lisan yang
sifatnya tradisional juga disebut sastra modern. Mengapa disebut tradisonal?
Karena ceritanya ada hubungan dengan sastra klasik. Yang sangat kuat bersifat
tradisional dalam sastra tradisonl pada dalang wayang kulit. Seorang dalang
yang biasa disebut Ki Dalang yang berasal dari desa dia tidak terpelajar dan
tidak mengikuti pembelajaran hanya dari mendengarkan memahami dari yang
dilihat. Bahasa yang dipakai biasanya
menggunakan bahasa puisi kuno. Selain wayang kulit terdapat juga wayang krucil
dan wayang golek yaitu pertujukan yang menggunakan boneka kayupipih dan
menggunkan pakaian lengkap. Misalnya Siyung Wanara,Panji dll. Tradisi wayang
dan tradisi kentrung memili kesamaan yaitu keduanya merupakan tradisi yang
hidup. Orang yang mementaskanya bebas memanipulasikan bahan epiknya dan
menyesuaikan cerita dengan selera pendengarya. Sehingga harus selalu
memodernkan teknik dan relevansi baru.
Menurut
Nitipuspita (mekarsari no 17, November 1972) Wayang wong merupakan variasi dari
wayang kulit yang pemainanya digantikan dengan manusia dan waktu pertunjukanya
dilakukakan selama 3-4jam. Ketoprak yaitu terater yang lebih mutakhir yang
semakin bagus populartitasnya. Ketoprak lesuk yang lahir pada tahun 1912, banyak
orang yang sementara ditempatkan di barak kayu karena wabah pes dan diiringi
dengan seperangkat memukul kayu yaitu lesung dan penari wanita yang dimainkan
dengan duduk sambl memukul mukul kayu. Sandiwara yang yang dipertunjukan
biasanya diambil dari cerita seperti Ande-ande lumut, endang tompe.
Pada
tahun 1938 jogetan dihapuskan dan kostum dan dekor lebih ditonjolkan dengan
cerita-cerita yang dipentaskan. Seperti ketoprak yang dipentaskan di
desa-desa.Sesudah perang munculah ketoprak radio yang disiarkan oleh Radio
Republik Indonesia
Kebangkitan sastra Jawa Modern
Genre-genre
pada masa kebangkitan sastra jawa modern yaitu seperti novel,ceita pendek dan
sajak untuk kepentingan pribadi dan itu belum lama muncul dalam bagian sastra
jawa. Kisah perjalanan dalam bentuk prosa yang tercetak Cariyos Nagari
walandi(Batavia, 1876), oleh Rd. Abdullah Ibnu Sabar bin Arkebah tentang
perjalanannya di negeri Belanda. Masih banyak kisah-kisah perjalanan dalam
bentuk novel,prosa ataupun cerita pendek. Contoh karya yang ada di luar tradisi
sastra klasik yaitu biografi Ranggawarsita, seratPadmawarsita dll. Cerita prosa
yang tertulis hanya untu hiburan atau kesenangan saja dikarenakan masih belum
disenangi oleh kalangan masyarakat pada saat itu dan masih harus menempuh jalan
panjang. Penulisan sejarah sastra jawa modern ini baru dimulai dan isinya
cenderung terdapat moral-moral yang jelas. Perkembangan sastra jawa modern di
Jawa sangat lambat karena genre baru yang didatangkan dari luar negeri dalam
suatu periode masyarakat belum siap untuk menerima.
Pada
abad ke-19 di Jawa hubungan intelektual terhadap bangsa Eropa mengakibtkan
lingkup berbagai karangan. Pada tahun 1832 sampai 1843 karya yang paling
istimewa yaitu kara C.F. Winter dalm karya ini terdaapat sebuah karya berwujud
prosa dan tembang-tembang macapat. Terdapat pula kisah-kisah lain lain dalam bentuk prosa yaitu dalam wujud
tercetak yaitu Cariyos Nagari Walandi (Batavia, 1876), oleh Rd. Abdullah. Dan
adapun 3 karya dari Surya Wijaya karya yang tidak tercetak namun sempat populer
dikalangan masyarakat. Kedua karya itu membahas tentang persoalan tentang
perkara pengadilan.
Pada
karyanya yang ketiga mempunyai judul Lelampahaning Sarira yaitu mempunyai kisah
perjalanan dari Semarang lalu ke Batavia dengan menggunakan kapal. Pada karya
ini masih berwujud tembang macapat. Pada karya keempat yaitu berisi tentang
naskah bersifat pendidikan. Kisah panjang yang ditulis oleh Soma Raja yaitu
sebuah perjalanan yang mungkin tidak langsung
dipahami atau diilhami ide Eropa tentang perjalanan dari Wanareja ke Yogyakarta
dan disitulah pembrontakan terjadi yang sedamg melawan Belanda yang direncanakan
namun dapat diselesaikan.
Ki Padmasusastra merupakan tokoh yang paling besar dalam bidangnya yaitu
pengajaran bahasa jawa sekitar tahun 1900. Ia berkarir dengan menjadi
sekretaris D.F. van der Pant namun ia bisa melebihi majikanya.
Banyak buku atau krya yang telah ditulis oleh ki Padmasusastra. Pada penulisan
nontradisional menghasilkan fiksi yang jelas dan kisah pengalaman ke arah
jurnalisme. Cerita prosa ditulis hanya untu hiburan semata dan belum disenangi
dalam masyarakat. Karya sastra lain yaitu Novel sejarah novel juga mengalami
periode yang sangat panjang. Tradisi penulisan novel hanya dilakukan oleh orang
yang kreatif dan yang mempunyai uang lebih. Di Jawa syarat-syarat itu tidak
terpenuhi karena novel genre baru muncul setelah adanya percetakan Balai
Pustaka yang telah memberikan ragsarangan terhadap penulisan cerita sebagai
manfaat bahan pembaca rakyat dan menyebarkan buku-buku kedalam
sekolah-sekolah,perpustakaan. peranan balai pustaka yaitu sebagai gambaran
dalam perkembangan menulis sebuah cerita dan memberikan secara ringkas
karya-karya sastra asli dalam bahasa jawa. Terdapat
dibelakang buku nomer-nomer seri yang bertujan untuk semata-mata melengkapi
pembaca dengan informasi yang diperlukan.
Masalah yang barusaja dimulai yaitu tentang penulisan sastra Jawa.
Semua buku kecil ditujukan kepada masyarakat dan anak-anak
sekolah yang sederhana dan bersifat mendidik. Dari tahun sebelum 1940 buku
tersebut alhi sastra Jawatidak menerima sebagai sastra namun sebagai buku
bacaan saja yang diangggap sebagai sastra yaitu
sastra tertulis atau tembang-tembang macapat. Kisah atau cerita seperti
lukisan tembang itu ditulis dan dengan pendekatan gaya jurnalistik. Dilihat
dari sisi penulisan akan muncul genre khusus bercorak esei yang masih populer.
Dalam hal seduran lisan dan tertulis yang bersifat sejarah, biasanya sering
bersifat anekdot yang dihubungkan dengan tokoh sejarah, barang peninggalan,
makam ataupun monumen.
Setelah
periode perang, jenis karya sastra dilanjutkan dengan bentuk yang semu namun
populer yang diterima di majalah dengan berbahasa jawa yang memiliki nilai
tertentu. Mulai periode baru terbitlah
buku berjudul Serat Riyanta karya R. Sulak dirdi sebuah buku pertama
yang tidak dirusakan oleh kecenderungan ajaran
moral yang berisi alur yang bagus. Tema sosial di daerah sekitar yang
masih hangat dibicarakan. Seperti rencana perinakahn orang tua menikahkan anak
laki-lakinya. Ibu Raden Mas Riyanta sudah menjada dan ingin menjodohkan
anaknya, namun Mas Riyanta tidaak mau dan pergi meninggalkan rumah.Pada awal
abad kedua puluh Serat Riyanta dijadikan sebagai lukisan masyarakat di
Surakarta.
Persolan
lama yang ada di masyarakat Jawa yaitu ketagihan candu dengan akibat sosial.
Pada jaman kolonial perdangangan candu merupakan monopoli negara yang tidak
dipatuhi oleh penyelundup yang ahli. Diperkenalkan dalam buku Jarot karya
Yasawidagda yang berisi tentang seorang anak masinis yang ibunya telah
meninggal dunia dan ia ingin menyusul ayahnya yang ada di Batavia namun anak
itu tidak memiliki uang untuk berangkat dan akhirnya anak itu berusaha bekerja
untuk berangkat ke batavia namun ia malah mengikuti perdangangan monopoli atau
candu. Dalam novel Mitra Darma yaitu kumpulan novel sejarah semu.
Sasraharsana
berpendapat dalam bukunya yang berjudul Mrojol Selaning Garu bahwa cerita hiduo
mengenai percobaan yang harus dihadapi seorang guru agama. Sedangkan
Arjasaputra berpendapat dalam bukunya yang berjudul Swarganing Budi Ayu
menceritakan bagaimana seorang gadis miskin kawin dengan laki-laki kaya raya
tetapi setelah suaminya meninggal jatuh miskin lagi.
Penulis
terbaik dari tahun 1925-1930 adalah Asmawinangun yaitu seseorang yang pandai
dalam melukiskan suasana, dialog-dialognya yang hidup dan pandai dalam memilih
bahasa sehingga enak untuk didengarkan oleh pembacanya. Contohnya saja didalam
bukunya yang berjudul Jejodoan Ingkang Sial yang menceritakan kisah mengharukan
tentang seorang gadis yang bertentangan dengan kemauannya sendiri.
Gaya
yang serupa dikembangkan oleh beberapa penulis pada zaman ini menghasilkan buku
yang enak dibaca dan berpusat dimasalah yang terjadi selama tahun 30-an. Para
penulis menggunakan tema yang lazim contohnya seperti perselisihan antara
generasi muda dan tua karena memiliki pandangan hidup yang berbeda.
Ada
beberapa bahasa yang digunakan dalam penerbitan buku misal penggunaan huruf
latin dalam buku untuk anak-anak karya Sindupranata, Lelakone Amir (1918) dan
dalam buku jurnalistik. Ada juga beberapa buku dalam huruf jawa misal Dwikarsa
yang berisi tentang wanita malang karena dimadu suaminya karangan R.
Sastraatmaja.
Empat
tahun kemudian muncullah Margana Jayaatmaja dalam krama dalam Ngulandara. Balai
Pustaka memberi fasilitas penerbitan dan distribusi merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan prosa modern. Sastra modern tumbuh ditopang
oleh badan penerbit.
Terdapat
dua buah antologi yang memberikan suatu gambaran terhadap sastra berkembang di
bawah naungan Balai Pustaka selama betahun-tahun sebelum Perang Dunia II.
Terbitan Harjawiraga tampak bahwa tembang macapat suatu karya sastra yang masih
penting untuk ekspresi sastra. Bentuk-bentuk persajakan digunakan untuk sarana
mengisahkan cerita yang sederhana dengan cara yang enak dan merdu. Terdapat
karya sastra lain yaitu sebelum Perang adalah majalah Penyebar semangat yang
diterbitkan di Surabaya. Panyebar semangat sebuah majalah mingguan yang menjadi
ikon berbahasa Jawa yang paling berpengaruh dalam tahun-tahun sebelum Perang
Dunia II.
Pada
tahun 1936 karya sastra muncul yaitu jenis cerita pendek muncul dalam Kejawen
dan Penyebar Semangat. Dalam Kejawen dimuat secara anonim tetpi dalam genre
penyebar semangat dengan tema yang nasionalisme namun juga tema humor. Dan mutu
sastra harus ditempuh panjang sekali. Namun selama masa kependudukan oleh
Jepang penerbitan Panyebar Semangat dan Kejawen justru dhentikan.
Daftar Pustaka
RASS,JJ. 1985.Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir.Jakarta:PT Grafitipers
masih banyak penulisan yang salah seperti pada kalimat " Selama bertahun-tahun hasil atau produksih naskah jawa sangatlah sedikit baanyk yang beranggapn bahwa orang jawa tidak mempunyai sastra yang masih hidup dalam bahasa mereka sendiri." kata "produksih", "baanyk", "beranggapn".
BalasHapuspenulisan judul buku seharusnya menggunakan huruf kapital pada kalimat " Pada buku karya J.J RAS yang berjudul Sastra jawa mutakhir menjelaskan................." seharusnya "Sastra Jawa Mutakhir".
penulisan paragrafnya kurang rapat. ( Ari Fitrianingrum ).
Didalam teks yg benar adalah majalah Panyebar Semangat. Bukan Penyebar Semangat, huruf s pada kata semangat seharusnya huruf kapital karena judul buku (Laeza Ulima)
BalasHapusDalam penulisan Bahasa belanda itu penulisan kata belanda yg benar pake huruf besar apa huruf kecil ya??
BalasHapus(Tisrina)