SASTRA JAWA MODERN PRA KEMERDEKAAN


Dalam fase perkembanganya karya sastra jawa pra kemerdekaan dimulai pada abad ke-19 sejak kapujangga Yasadipura sampai Ranggawarsita di akhir abad ke-19 masuklah kebudayaan Barat yang nantinya akan sangat berpengaruh bagi kesustraan jawa seperti halnya munculnya beberapa genre karya sastra yang memberikan warna tersendiri, pengaruh tersebut muncul bersamaan dengan adanya pendidikan Eropa yang diadakan bagi masyarakat di tanah Jawa. Genre- genre yang mereka bawa ternyata tidaklah mudah di terima oleh kalangan masyrayakat Jawa, sehingga berjalan sangatlah lamban dan memerlukan waktu sangatlah lama, karena mereka menganggap genre tersebut masih belum dibutuhkan.
C.F Winter yakni salah seorang yang ditugasi oleh pemerintah Belanda agar menjadi guru dalam suatu lembaga yang mereka buat, C.f Winter menuliskan bahwa dalam menyediakan bahan bacaan haruslah dengan metode yang mudah dipahami bagi pelajar bahasa Jawa, sehingga dicetuskanya versi-versi prosa dalam beberapa karya klasik dalam tembang macapat, dengan harapan adanya ide baru tersebut dapat menjadi suntikan untuk muncul karya sastra Jawa baru yang terlepas dari kaidah-kaidah karya sastra klasik. Hingga pada akhirnya ada beberapa karya sastra yang berbentuk prosa, dan karya sastra yang bersifat mendidik.
Dalam proses pengembangan karya sastra jawa modern pastilah tidak lepas dari seorang tokoh yang akan membuat karya tersebut masyhur seperti halnya Ki Padmususastra dan D.F Van Der Path yang sangat memberikan jasa dalam perkembangan karya sastra jawa moden, semua dimulai dari D.F Van Der Path yakni seorang ahli bahasa dari Belanda yang mengajar di sebuah sekolah Batavia yang merekrut Ki Padmasusatra untuk menjadi asistennya di sekolah Batavia, kemudian mereaka berdua menulis ulang suatu karya yang berjudul Randa Gunawacana karya dari Widjaja menjadi Serat Durcaraarja karena cerita tersebut begitu masyhur.
Ki Padmasusastra adalah seorang wartawan, cendekiawan, dan seorang guru yang mana sekarang ini  beliau di anggap sebagai Bapak Satra Jawa Modern beliau lahir di Surakarta tahun 1843, beliau juga seorang murid dari Raden Ranggawarsita ketika beliau masih berada di Surakarta yang kemudian beliau menerbitkan dan menyunting karya-karya dari Raden Ranggawarsita sebagai wujud penghargaan terhadap gurunya tersebut. Pada tahun 1866 beliau menerbitkan suatu karya dalam bentuk prosa fiksi dan biografi. Menurut Hutomo peranan Ki Padmasusastra sangatlah besar, beliau tidak hanya menjadi seorang pendidik namun beliau juga menjadi sesosok figur yang berjasa dalam menghasilkan “ bacaan sederhana” yang berwujud prosa, seperti contoh Serat Kancil Tanpa Sekar (1909). Ia juga menulis sebuah novel yang berjudul Serat Rangsang Tuban yang mana menurut penerbit yakni N.V. Budi Utama, Surakarta, 1912 novel tersebut diambil dari Serat Wedhaparaya karya Empu Manehguna dari Lamongan yang menceritakan Kerajaan Tuban. Diawali dari bab kedua yangmana Pangeran Sindupati, Raja kerajaan Tuban, yaitu Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Adipati Anom Warsakusuma. Yang kemudian oleh Pangeran Warihkusuma dipindah ke Kerajaan Banyubir. Kisahnya diakhiri dengan perebutan kerajaan Tuban oleh kedua Pangeran tersebut. Warihkusuma dengan Raden Undakawimba putra Endang Westhi dan Pangeran Warsakusuma yang berakhir damai.
Penulisan nontradisional dari masanya menghasilkan cerita fiksi dengan kecenderungan didaktik yang jelas dan pada akhirnya berhujung kearah jurnalisme. Cerita prosa yang ditulis yang semata-mata untuk hiburan saja, ternyata belum digemari dan masih harus menempuh jalan panjang. Dan genre baru yang dibawa nyatanya belum mampu membuat mereka mengatakan bahwa sebuah novel dikatakan novel yang sesungguhnya. Mungkin suatu novel dapat menjadi sastra yang masyhur pada waktu itu jikalau saja ada sekelompok penulis yang berbakat dan kreatif, sejumlah pencetak dan penerbit yang kuat keuanganya, aparat distribusi yang berjalan dengan lancar, dan yang paling penting adalah para pembaca yang memiliki kepeminatan yang tinggi terhadap karya sastra yang diterbitkan, sehingga ada usaha dari para pembaca untuk selalu membaca dan mengkaji karya tersebut, sehingga secara ekonomis semua dapat berjalan sesuai alur. Namun sayangnya itu semua tidak terpenuhi ketika novel dikenalkan di Jawa, genre ini baru dapat timbul ketika sebuah badan penerbit yang dimiliki pemerintah yakni Balai Pustaka, telah memberikan rangsangan terhadap penulisan cerita yang dapat dipakai sebagai “ bahan bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat”, serta mengantarkan buku-buku yang diterbitkan pada para pembaca seperti mengirimnya ke sekolah-sekolah dan perpustakaan.
Peranan Balai Pustaka sebagai badan penerbit yang menyediakan kebutuhan sekolah dimulai tahun 1911. Pada masa itu pembelajaran moral dan keteladanan yang selalu menjadi topik utama dalam pembahasan suatu cerita. Seperti contoh karangan R.Ng. Ranggawarsita yang berjudul Darma Sanyata yang mana mengisahkan tentang seorang gadis yang tumbuh di dalam kedewasaanya yang mana buku tersebut penuih dengan suri tauladan bagi seorang wanita. Juga buku karya R. Samuel Martahatmaja,yang berjudul Rukun Arja yang mana berisikan ajaran moral dan filsafat.
Hingga pada akhirnya munculan sebuah buku yang mana secara tidak langsung menunjukan kelemahan daripada orientasi Balai Pustaka pada periode awal yakni karya Sindupranata, “ Lelakone Amir” mengenai anak yatim piatu yang memang bagus penulisanya , tetapi sangatlah jelas bahwa klarya tersebut ditujukan pada masyarakat pembaca anak sekolah.karya R. Siswawinata, “ Margining Kautamen” mengisahkan tenta ng seorang istri bupati yang baik hati, dan lagi-lagi mengemukakan ajaran moral. Karya R.M Kartadirja “ Tahuning Katreesnan” yang mengisahkan dua orang kekasih yang berpisah karena si gadis dikawinkan orangtuanya dengan orang lain, suatu motif yag berulang-ulang kita jumpai dalam novel Jawa tahun 1920.
Semua buku itu ditujukan pada masyarakat sebagi bahan bacaan yang bersifat mendidik, mutunya kerap kali hanya sekedar buku budi pekerti dari tahun-tahun sebelum 1940 di negeri-negeri Barat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika para ahli sastra Jawa menganggap karya tersebut hanya senagai buku bacaan biasa, sedangkan yang dianggap sebagai karya sastra selayaknya yakni hanyalah karya-karya sastra tertulis tradisional dalam bentuk macapat. Namun bagi kita buku-buku itupun sudah dianggap menarik, karena menunjukan betapa lamban dan
sulit proses berakarnya suatu genre sastra Barat  yang terdiri dari cerita-cerita untuk dibaca bukan untuk didengarkan. Kisah-kisah perjalanan dan lukisan-lukisan tentang tempat atau catatan mengenai suatu peristiwa yang mengesankan kerap kaliditulis dengan pendekatan dan gaya yang bersifat jurnalistik. Sejak awal mula Balai Pustaka memasukan genre ini dalam acara penerbitanya. Seperti karya Prawirasudirja, Cariyos Tanah Pareden Diyeng, karya R.R.A Suryasuparta, Setar Kekesahan Saking Tanah Jawi dateng Nagari Walandi, karya R.R.A Reksakusuma Cariyosipun Banawi Sala, dll. Dalam buku-buku tersebut  banyak sekali unsur informasi yang sangat menonjol, jalur fiksinya berpindah pada taraf yang tidak penting lagi. Namun meskipun demikian namun tidak ada salahnya jika tetap dicantumkan dallam suatu  cerita, karena semua karya itu merupakan bagian dari arus pokok dalam sastra modern. Dari penulisan karya sastra jenis inilah yang nantinya akan muncul genre khusus yang bercorak esai seperti yang masih populer sampai masa kini.
Dalam periode sesudah perang banyak dimuat kisah sejarah semu populer di dalam majalah-majalah berbahasa Jawa, tetapi masih terlalu sesderhana andaikata dimuat sebagai novel sejarah dan juga bentuk esai yang mana beberapa dari esai tersebut mempunyai nilai-nilai sastra tertentu.
Kemunculan R. Sulardi dengan sebuah novelnya yang berjudul Serat Riyanto yang mampu memberikan gebrakan baru dari segala karya sebelumnya yang mungkin masih sangatlah klasik dan mulai menjenuhkan. Ini adalah buku pertama yang sama sekali tidak dirusakan dengan ajaran moral, dan dengan  kisah yang sangatlah bagus dengan alur atau plot yang benar-benar bagus dan tertata rapi, di bangun dengan tema yang jelas pula, dengan topik tema yang dikaitkan dengan masalah sosial yang akan masih tetap hangan selama beberapa darsawarsa mendatang. R Soelardi lahir di Wanagiri, sejak kecil ia sudah memiliki bakat sebagai seorang seniman, yang kemudian ia terpikat hati dengan karya sastra terutama wayang kulit, karena bakatnya tersrbut kemudian ia dingkat menjadi pelukis oleh Mangkunegaran VII, pemain gamelan, pembuat wayang kulit dan menjadi seorang guru bahasa jawa di Keraton Mangkunegaran VII. Umur 22 tahun Soelardi jatuh hati pada seorang gadis bangsawan, namun sayang rasa cintanya tersebut tak terbalaskan klarena orangtua putri vbangsawan tersebut tidak m,erestui, hanya karena Soelardi seorang seniman dan tidak kaya. Karena rasa kecewanya tersebutlah Soelardi menulis sebuah novel berbahasa Jawa yang berjudul Serat Riyanto. Dua tahun kemudian Soelardi menikah dengan putri bangsawan lain, namun sayangnya nasib baik kurang berpihak padanya, istrinya meninggal yang kemudian Soelardi memutuskan untuk meninggalkan keraton. Kemudian Soelardi menghidupi dirinya dengan berkecimpung di duniia sastra. Dalam karyanya yang berjudul Serat Riyanto ia berhasil memadukan kritikan samar terhadap kebiasaan orang tua yang kerap memaksakan anaknya dalam hal perkawinan, kisah hidup Soelardi seakan tercermin di dalam karyanya. Di ceritakan ada seorang pemuda  bernama Riyanto yang mana ia terlahir dalam dunia keraton, dalam memasuki usia dewasanya Riyanto selalu dipojokan  oleh sang Ibu yakni  Raden Ayu Natasewaya yang mana ia makin khawatir dengan tingkah laku anaknya Riyanto yang gemar keluar malam, padahal keluar malamnya Riyanto hanya sekedar menenangkan diri dari pojokan ibu agar segera menikah dan tentu saja dengan seorang wanita pilihanya,. Dan untuk menghindari perselisihan terbuka dengan ibunya Riyanto memilih untuk pergi meninggalkan keraton. Pada penggalan inilah yang membuat para pembaca tertarik dan menjadi ciri khas dari sastra jawa, yang mana seorang pemuda yang berada dalam ambang kedewasaanya pergi berkelana, serta memperoleh pengalaman yang akan berguna bagi pengembangan jiwa. Hingga pada kisah terjadinya kebakaran di sebuah pertunjukan teater komedi yang mkana didalamnya semua orang merasa sangat panik, disitulah ada seorang gadis yang terpisah dari kedua orang tuanya, dari situ pula awal kisah dan perjumpaan Raden Mas Riyanto dengan Raden ajeng Srini yang mana dalam kisah Serat Riyanto terjadi nuansa romance yang mendominasi alurnya. Kemudian Raden Mas Riyanto menolong gadis tersebut dan berjanji akan mengantarkanya pulang, namun tanpa sepengetahuan Riyanto saat berada di sebuah warung Srini bertemu dengan keluarganya dan mereka langsung pulang, tanpa Pamit Srini langsung pergi yang mana membuat Riyanto terheran. Dibelakang hhari ternyata Raden Ajeng srini adalah teman dari almarhum ayah Riyanto dan ternyata gadis seperti Srinilah ang diidamkan oleh ibunya, namun banyak sekali polemik yang terjadi sebelum pada akhirnya Srini dan Riyanto menikah. Terlepas dari cerita itu sendiri, Serat Riyanto menarik sebagai lukisan mmasyarakat bangsawan Surakarta pada abad ke dua puluh.
Dalam cerita lainpun disajikan topik permasalahan masih sam mengenaipermasalahn sosial, dalam buku karya Jayengutara yang berjudul Mitra Musibat yang menceritakan kisah seorang pecandu serta kaibat sosial yang nantinya akan ia alami. Pada masa itu perdagangan candu pada masa kolonialisne adalah suatu monopoli negara yang kerap dilakukan oleh para penyelundup profesional. Dunia tersebut diperkenalkan oleh Yasawidagda, di dalam bukunya Jarot adalah seorang anak masinis yang ditinggal mati ibunya dan berkeinginan untuk menyusul sang ayah yang berada di Batavia. Karena dirinya tidak mempunyai uang serupiah pun akhirnya ia memutuskan untuk bekerja, di dunia inilah Jarot mulai bergelut dengan dunia candu.
Dalam bukunya Swarganing Budi Ayu, Ariasaputra menceritakan bagaimana seorang gadis miskin yang bernama Kamsirah yang memilih menikah dengan lelaki kaya, namun naas setelah kematian suaminya Kamsirah harus hidup miskin kembali kkarena ulah dari anak tirinya yang mana seorang pemboros. Martayuwana menulis Roman Arja yang mana mengisahkan sebuah keluarhga yang harus hnacur tak terkendali karena sang ayah ynag harus terjatuh pada lintah darat.
Kemudian penulis terbaik dari kurun waktu 1925-1930 yakniAsmawinangun, ciri khas penulisan yang dimilikinya yakni ia tak terlalu pandai dalam memilih sebuah tema namun keliaianya dalam melukiskan suasana sehingga ia mampu membawa para pembacanya sebagi penikmat sekaligus seakan-akan sebagai pemeran dalam cerita yang ia baca. Didalam Jejodoan Ingkang Sial,  sebuah buku yang berisikan kisah mengharukan dari seorang gadis bertentangan dengan kemauanya sendiri, dikawinkan dengan seorang petani kaya raya, namun sayangnya perkawinan tersebut sama sekali tidak memeberikan suatu lkebahagiaan sama sekali. Setelah begitulama mendambakan seorang momongan yang tak kunjung Tuhan anugrahkan hingga pada akhirnya ia melahirkan dua anak laki-lak, namun sayang atas perlakuan manja dari sang ayah justru menjadikan mereka menjadi anak  yang kurang baik hingga mereka terjerumus pada suatu tindak kejahatan, yang menhgancurkan kehidupan mereka sendiri beserta sang ibu.
Banyak sekali bermunculan karya sastra yang mengikuti gaya serupa yang dikembangkan oleh para penulis lain pada zaman ini yang mana sangat enak karya mereka untuk dinikmati, dan mengisahkan masalah-masalah yang terjadi pada zamanya, seperti contoh Dwijapingsasmita dengan Tuking Kesusahan, Suradi dengan Anteping Wanita, Kusumadigda dengan Gawaning Wewatekan.
Selama tahun tiga puluhan, perkembangan karya sastra yang dimulai terus berlanjut tanpa berhenti walaupun perkembanganya tidaklah pesat atau tidak berubah banyak-banyak, dengan cara penukisan dan mengangkat tema-tema yang lazim. Dalam penulisan penggunaan huruf lati yang pada mulanya hanya digunakan pada buku-buku untuk anak-anak ataupun buku yang bersifat jurnalis pada tahun1925 menjadi lebih umum. Bahasa Jawa ngoko yang digumakan oleh beberapa penulis dalam penukisan buku anak-anak,maka ketika Kusumadigda dan Sukarna juga memilih baahasa jawa ngoko yang disajikan bagi para pembaca yang lebih dewasa, buku yang dimaksudkan sebagai karya sastra dan itu semua adalah sutau pembaharuan penting . setelah tahun 1930 contoh ini banyak sekali diikuti oleh para penulis lain sehingga pada tahun1960 an penggunaan bahasa krama seakan menjadi perkecualian yang langka. Adapun kendala yang dialami oleh para penulis yang kesulitan dalam menyusun suatu alur sehingga menjadikan suatu karya tetap pada posisinya, menarik bagi sang penulis akan tetapi pada nyatanya cerita macam itu biasanya cepa habis baca sehingga cakupan ilmu di dalamnya kurang luas. Sehingga sulit tercapainya tahap pengembangan  gagasan-gagasan  membangun plot atau alur yang sanngat memuaskan, namun syangnya semua itu hanya dapat ternikmati bagi mereka yang mampu membaca sastra dalam bahasa Eropa da memiliki waktu luang.
Pada periode ini peranan Balai Budaya sangatlah penting dalam perkembangan karya sastra, fasilitas penerbit dan distribusi yang diberikan oleh Balai Pustaka ibarat menjadi penentuberkembagnya karya sastra prosa. Ada dua macam percetakan yang mana satu percetakan di urus oleh badan pemerintahan dan yang satu lagi percetakan swasta yang mana mereka tidakl sejalan dengan  percetakan yang dibawah naungan pemerintah. Baru pada tahun 1933 Panjebar Semangat di Surabaya mulai menunjukan peranannya walu sempat mengalami problema pada tahun1942dan 1949 dari penguasa namun pada genggaman Imam Supardi yang memiliki kecakapan sangatlah tinggi, akhirnya Panjebar Semangat menjadi majalah yang independent berbahasa jawa yang paling berpengaruh dalam tahun-tahun sebelum Perang Dunia Tahun-tahun iniah yang disebut sebagai tahun pers karena banyak bermunculan majalah-majalah yang menyebar di jawa dengan karya-karya baru dari berbagai pengarang yang mampu menghasilkan suatu bacaan baru yang enak untuk dibaca.
Selama tahun tiga puluhan, perkembangan yang dimulai dari perkembangan sebelum-sebelumnya tetap berjalan ters tanpa henti. Para penulis tetap menggunakan tema-tema yang telah menjadi lazim, adanya perselisihan antara golongan tua dengan golongan muda, baik karena berbedanya cara pandang mereka mengenai pemilihan pasangan hidup yang pada umunya di masyarakat golongan tualah yang seakan pantas berkuasa sehingga menentukan tanpa memperhatikan anak begitupun dalam berkarier golongan tuapun mendominasi dan seringkali tidak serujuk dengan sang anak, masalah yang lain misalnya ketidakadaannya kebahagianan dalam kehidupan keluarga sang anak karena pernikahan paksa dari sang orang tua, permasalahan poligami, perwatakan anak yang manja akibat salah dalam asuhan, ataupun masalah perjudian.
Adapun masa disaat penulisan huruf Latin yang mana dulunya hanya digunakan padaa buku anak-anak dan buku yang bersifat jurnalistik namun pada akhirnya menjadi lebih umum pada tahun 1925. Dalam penggunaan bahasa juga mengalami pembaharuan yang aman dukunya bahasa ngoko sering kali digunakan dalam buku anak-anak namun seiring berjalannya waktu banyak para penulis yang menggunakan bahasa ngoko tersebut untuk para pembaca dewasa, sehingga menjadi sangat jarang setelah tahun 1960 untuk menemukan suatu karya yang berbahasa krama.
Fasilitas dari penerbit dan distribusi yang diberikan oleh Balai Pustaka ternyata menjadi faktor utama dalam perkembangan prosa jawa moden. Karena pada dasarnya hanyalah Balai Pustaka yang menopang perkembangan dari prosa jawa modern karena para penerbit swasta tidak berperan dalam hal tersebut, sehingga pada akhirnya Balai Pustaka yang menilai dan menyunting naskah-naskah jawa yang diterima untuk diterbitkan. Adapun cara atau ide dari Balai Pustaka yakni menerbitkan suatu majalah .
Selama dalam naungan Balai Pustaka ad dua antologi yang memberikn gambaran mengenai karya satra sebelum tahun Perang Dunia II.  Buku tersebut yakni Kembar Mayang. Adapun karya lain yang ada sebelum perang dunia II seperti halnya Panjebar Semangat yang mana suatu majalah yang terus berkembang dan begitu independen berbahasa jawa yang sangatlah memberikan sumbangan besar di sejarah sebelum perang dunia II. Majalah tersebut kemudian melunjurkan sebuah novel dalam bentuk cerita bersambung.
Dan pada akhirnya munculah sebuah cerkak daam majalah Kejawen dan Panjebar Semangat. Dari masing-masing majalah tersebut memiliki gaya pembawaan yang berbeda pula majalah Kejawen yang mengadopsi tulisan lainya, dan di dalam Panjebar Seamangat yang kebanyakan menggunakan tema-tema yang  bergenre nasionalisme dan dari para pengarang yang lebih suka menyembunyikan nama mereka ataupun menggunakan nama samaran. Dalam penggarapanya majalah Panjebar Semangat tidaklah semulus harapan pada umumnya,  majalah ini pernah vakum sejenak namun Panjebar Semangat mampu bangkit kembali dan memberikan warna-warna karya satra baru, tidak hanya tema-tema nasiopnalis saja kadang kala tema-tema humoris atau sosiallpun sering digarap.  
Namun sayangnya Panjebar Semangat dan Kejawen dihentikan pada masa penjajahan Jepang dan digantikan oleh Panji Pustaka yang mana dalam lampiranya menggunakan bahasa Jawa dan Sunda.





DAFTAR PUSTAKA
RASS,JJ. 1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta: PT Grafitipers
Suwondo, Tirto,dkk. 2006. Antologi Biografi Pengarang Sastra Jawa. Jogjakarta: PT Adiwacana


Komentar

  1. Ada beberapa penulisan kata yg typo dan masih berbelit-belit (Laeza Ulima)

    BalasHapus
  2. Masih kurang teliti dalam penulisan, ada penulisan yang kurang maupun kelebihan misalkan mereaka, tenntang dan masih ada lagi, mohon di teliti kembali.
    Dalam penulisan awal paragraf sebaiknya menggunakan huruf besar.

    BalasHapus
  3. Masih kurang teliti dalam penulisan, ada penulisan yang kurang maupun kelebihan misalkan mereaka, tenntang dan masih ada lagi, mohon di teliti kembali.
    Dalam penulisan awal paragraf sebaiknya menggunakan huruf besar.

    BalasHapus
  4. Pada penulisan cendikiawan itu salah, yang benar cendekiawan (desy febrianti chasanah)

    BalasHapus
  5. The titanium boiling point in your kettle - iTanium
    This new method is used for kettle croc titanium flat iron kettlebells and kettlebells but titanium machining uses a mixture titanium hair of other ingredients to generate a great kettlebell balance. microtouch trimmer Tons of heat 2021 ford escape titanium hybrid and

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sastra Jawa Modern Pra Kemerdekaan

Sastra Jawa Modern Pra Kemerdekaan